Laporan pembuatan alat Voltmeter sederhana
LAPORAN
ALAT-ALAT UKUR
“ PEMBUATAN VOLTMETER SEDERHANA ”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10 :
LILIS FATONA (A1C317030)
LISA ANGGRAINI (A1C317032)
RAHMA JULIA HASTIRANI (A1C317052)
KELAS :
PENDIDIKAN FISIKA REGULER B
DOSEN PENGAMPU:
FIBRIKA RAHMAT BASUKI, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
I.
TUJUAN
Adapun tujuan setelah dilakukannya percobaan ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Mengetahui apa itu
voltmeter
2.
Mengetahui prinsip
kerja voltmeter
3.
Membuat voltmeter
sederhana
4.
Menentukan
hambatan dalam voltmeter
5.
Mengukur beda
potensial dari suatu rangakaian
II.
LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangan teknologi semakin banyak hal baru yang
ditemukan yang pada hakekatnya akan mempermudah manusia untuk melakukan suatu
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga muncul para pengamat (para ahli) yang memiliki pemikiran yang
selalu penasaran, dan mengiginkan hal baru, muncul idenya untuk mengukur suatu
besaran-besaran yang mereka temui, hal ini memacu untuk menciptakan suatu alat
yang dapat digunakan untuk mengukur besaran-besarn tersebut.
Dengan berkembangnya penemuan awal alat untuk pengukuran, maka muncul
alat-alat ukur lain seperti penggaris, timbangan, neraca, stopwatch,
amperemeter , voltmeter, multitester dan masih banyak yang lainnya sehingga
semakin mudah saja untuk menentukan suatu besaran.
Voltmeter merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur potensial listrik perbedaan antara dua titik dalam
rangkaian listrik. Voltmeter penggunaanya bersamaan dengan multitester, yang di
dalam multitester juga terdapat amperemeter yang digunakan untuk mengghitung
arus, penggunaan multitester baik sebagai voltmeter ataupun amperemeter terlalu
sering membuat multitester tidak dalam keadaan normal, sehingga sebelum
penggunaan alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi
masing-masing memiliki cara yang berbeda-beda begitupun dengan cara penggunaan
alat-alat ukur voltmeter, sehingga banyak yang belum mengetahui bagaimana cara
menggunakan voltmeter. Setelah seseorang bisa menggunakan alat voltmeter,
dituntut untuk bisa mengetahui bagaimana cara membaca dan menetukan hasil
pengukuran dengan menggunakan voltmeter.
Contoh
penggunaan voltmeter adalah pada pengukuran gaya gerak listrik dan tegangan
jepit suatu rangkaian. Gaya gerak listrik menunjukkan besarnya beda potensial
pada saat sumber tegangan tidak mengalirkan arus listrik. Nilai yang
ditunjukkan oleh voltmeter ketika sumber tegangan mengalirkan arus listrik
disebut dengan tegangan jepit.
III.
LANDASAN TEORI
3.1
Pengertian Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur
beda potensial listrik. Berdasarkan beda potensial listrik yang diukurnya
voltmeter dibedakan atas voltmeter DC dan voltmeter AC. Voltmeter DC digunakan
untuk mengukur beda potensial listrik DC, voltmeter AC digunakan untuk mengukur
beda potensial listrik AC. Untuk memperoleh hasil ukur yang baik, maka kedua
jenis voltmeter DC dan AC ini tidak boleh dipertukarkan pemakaiannya.
Bagaimanakah pemasangan voltmeter
pada komponen rangkaian yang akan diukur beda potensial listriknya ? Karena
voltmeter dimaksudkan untuk mengukur beda potensial listrik, maka beda
potensial listrik yang akan diukur itu hendaknya diterima (seluruhnya) oleh
voltmeter dan nilainya tidak boleh lebih besar dari batas ukur maksimum
voltmeter itu. Agar beda potensial listrik yang akan diukur dterima oleh
voltmeter, maka voltmeter harus dipasang paralel dengan komponen atau bagian
rangkaian yang akan diukur beda potensial listriknya. Untuk voltmeter DC
pemasangan itu harus tepat memperhatikan kutub positif dan kutub negatifnya.
Pada gambar (a) di atas ini,
dilukiskan sebuah rangkaian sederhana yang terdiri dari sebuah hambatan R dan
sebuahsumber gaya gerak listrik (gg) misalnya baterai, dan pada gambar (b)
dilukiskan sebuah voltmeter DC dipasang dalam rangkaian sederhanha itu untuk
mengukur beda potensial listrik yang pada hambatan R. Untuk itu maka voltmeter
dipasang paralel dengan hambatan R itu (Sutrisno, 2008: 126-127).
Voltmeter adalah alat
ukur listrik yang digunakan untuk mengukur beda potensial atau tegangan pada
ujung-ujung komponen elektronika yang sedang aktif, seperti kapasitor aktif,
resistor aktif, dan lain-lain. Selain itu, alat ini juga bisa digunakan untuk
mengukur beda potensial suatu sumber tegangan, seperti batre, catu daya, aki,
dan lain-lain. Voltmeter dapat dibuat
dari sebuah galvanometer dan sebuah hambatan eksternal Rx yang dipasang seri.
Adapun tujuan pemasangan hambatan Rx ini tidak lain adalah untuk meningkatkan
batas ukur galvanometer, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tegangan yang
lebih besar dari nilai standarnya (Bishop, 2002: 32).
Menurut Uli, dkk (2016 :1-2) Pengukuran dilakukan dengan suatu alat
ukur, dan setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil (nst). Salah satu
pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran system listrik, dimana tegangan
merupakan salah satu besaran listrik yang diukur. Pengukuran besaran tegangan
listrik diukur dengan alat ukur yang disebut dengan Voltmeter. Alat ini terdiri
dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang
dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Cara menjamin bahwa alat ukur
yang digunakan mempunyai ketidakpastian dan ketelusuran adalah dengan melakukan
kalibrasi. Dengan latar belakang kondisi tersebut, dalam penelitian ini penulis
akan melakukan pengukuran kalibrasi pada voltmeter dan menganalisa data hasil
kalibrasi yang diperoleh.
3.2
Perbedaan antara Voltmeter dan Amperemeter
Voltmeter adalah alat
untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik. Voltmeter
juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri dengan resistor.
Perbedaan antara voltmeter dan amperemeter
yaitu sebagai berikut :
1.
Amperemeter merupakan
galvanometer yang dirangkai dengan hambatan shunt secara seri, sedangkan
voltmeter secara paralel.
2.
Hambatan shunt
yang dipasang pada amperemeter nilainya kecil, sedangkan pada voltmeter
nilainya besar. Mengukur menggunakan voltmeter berbeda dengan menggunakan
amperemeter jika menggunakan voltmeter, pemasangan dilakukan secara paralel
pada kedua ujung yang akan dicari beda tegangannya.
Pada saat menggunakan
amperemeter, jika jarum pada voltmeter melewati batas skala maksimal, berarti
beda potensialyang di ukur lebih besar daripada kemampuan alat ukur harus
memperbesar batas ukur dengan cara memasang resistor (hambatan muka) secara
seri pada voltmeter (Raden, 2012: 70).
3.3
Voltmeter Elektronik DC
Voltmeter elektronik DC memperlihatkan suatu pemakaian langsung
dari elektronika terhadap instrumen-instrumen ukur. Instrumen-instrumen ini
biasanya terdiri dari sebuah alat ukur DC yang lazim, didahului oleh sebuah
penguat DC dari satu tingkatan atau lebih. Penguat-penguat DC yang digunakan
dalam voltmeter elektronik dapat digolongkan dalam 2 kelompok yaitu :
a.
Penguat DC tergandeng langsung ( direct coupled
cd amplifier ).
b.
Penguat DC jenis pencincang ( chopper type dc
amplifier ).
c.
Penguat DC tergandeng langsung adalah menarik
sebab ekonomis, biasanya ditemukan dalam voltmeter DC yang harganya lebih
murah.
Instrumen dalam daerah pengukuran mikrovolt memerlukan sebuah penguat arus searah berpenguat tinggi guna
menyalurkan arus yang cukup untuk menggerakkkan mekanisme alat pencatat. Untuk
mencegah masalah pergeseran fasa yang biasanya bersatu dengan penguat DC
tergandeng langsung, voltmeter bersensitivitas tinggi sering menggunakan
penguat DC jenis pencincang dalam penguat cincang, tegangan masukan searah (DC)
diubah menjadi sebuah tegangan bolak balik (AC), diperkuat oleh sebuah penguat
AC dan kemudian diubah kembali menjadi tegangan dc yang sebanding dengan sinyal
masukan semula. Masukan ke penguat adalah sebuah tegangan dengan ampitudo yang
sebanding dengan level tegangan masukan dan dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi osilator.
Frekuensi ini dibatasi pada beberapa ratus hertz sebab waktu
transisi antara keadaan tahanan tinggi dan keadaan tahanan rendah dari dioda
foto membatasi laju pencincang. Penguat AC menyampaikan sebuah gelombang
persegi yang diperkuat pada terminal-terminal keluarannya. Kedua foto-dioda
dalam rangkaian keluaran penguat yang bekerja tidak sinkron dengan pencincangan
masukan, memperoleh kembali sinyal DC melalui tindakan demodulasinya dan
kapasitor keluaran akan dimuati pada nilai makasimum tegangan keluaran AC.
Kemudian tegangan keluaran DC ini dilewatkan melalui sebuah tapis pelewat
rendah ( low pass filter ) guna mengeluarkan setiap komponen AC yang tertinggal
dan akhirnya dimasukkan ke mekanisme alat ukur (Copper, 1994 : 256-257).
3.4
Cara Penggunaan Voltmeter
Bagaimana menggunakan
voltmeter? Menggunakan Voltmeter berbeda dengan menggunakan Amperemeter, dalam
menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan dicari
beda tegangannya. Misalkan Anda akan mengukur beda tegangan antara ujung-ujung
lampu, Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua
kabel dari Voltmeter ke ujung-ujung lampu. Seperti pada saat Anda menggunakan
Amperemeter, jika jarum pada voltmeter melewati batas skala maksimal, berarti
beda potensial yang Anda ukur lebih besar dari kemampuan alat ukur. Sehinggan
Anda harus memperbesar batas ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan
muka) secara seri pada voltmeter (Kaisman, 2010: 18).
3.5
Karakteristik Voltmeter
Voltmeter adalah alat
ukur tegangan listrik. Voltmeter sering dicirikan dengan simbol V pada setiap
rangkaian listrik. Voltmeter harus dipasang paralel dengan ujung-ujung hambatan
yang akan diukur beda potensialnya. Satuan beda potensial listrik dalam satuan
SI adalah volt atau diberi simbol V. Voltmeter sendiri mempunyai hambatan
sehingga dengan disisipkannya voltmeter tersebut menyebabkan arus listrik yang
melewati hambatan R sedikit berkurang. Idealnya, suatu voltmeter harus memiliki
hambatan yang sangat besar agar berkurangnya arus listrik yang melewati hambatan R juga sangat kecil.
Komponen dasar suatu voltmeter adalah galvanometer.
Galvanometer mempunyai
hambatan yang sering disebut sebagai hambatan dalam galvanometer, Rg Voltmeter
mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Dalam kenyataannya sering kami
harus mengukur tegangan listrik yang nilai tegangannya jauh lebih besar dari
atau batas ukur maksimumnya. Susunan suatu voltmeter dengan menggunakan
galvanometer jika dipakai untuk mengukur tegangan yang lebih besar dari batas
ukurnya maka harus dipasang suatu hambatan seri RS terhadap galvanometer
(sebagai voltmeter) jika tegangan yang akan diukur maka arus yang melalui
hambatan pada galvanometer adalah Ig yang sama (Teguh, 2001 : 67).
3.6
Prinsip Kerja Voltmeter
Prinsip kerja Voltmeter
hampir sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer
dan hambatan seri. Galvanometer menggunakan prinsip hukum lorents dimana interaksi
antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik
inilah yang menggerakkan jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat di lewati
oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus makin besar pula
penyimpangannya. Tegangan selalu berada antara dua titik. Dengan kata lain,
yang diukur adalah perbedaan tegangan antara sebuah titik dengan titik lain.
Oleh karena itu, Voltmeter cukup dihubungkan memotong aliran tegangan yang
hendak diukur. Cara memasang Voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung sumber
tegangan yang memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) harus dihubungkan
le terminal positif voltmeter, dan ujung sumber tegangan yang memiliki
potensial lebih rendah (kutub negatif) harus dihubungkan ke terminal negatif
voltmeter (Nengah, 1994: 61).
3.7
Resistivitas
Menurut
Muallifah (2009: 180), pada rangkaian listrik sederhana berlaku hukum Ohm yang
menyatakan bahwa beda potensial atau potensial drop akibat suatu beban
berbanding lurus dengan arus listrik. Konstanta proportionalitas dalam
kesebandingan adalah resistansi beban tersebut. Hukum Ohm dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut :
V = I.R
Dimana, V
adalah tegangan, satuannya volt, R, dikenal sebagai hambatan, satuannya adalah
ohm , I adalah kuat arus, satuannya ampere, dan kebalikan dari harga
konduktivitas listrik suatu bahan adalah resistivitas atau hambatan jenis,
dengan simbol r (rho). Bahan
konduktor memilki resistivitas yang rendah.
r = 1/s Ohm meter
Untuk mengukur tahanan-tahanan tinggi yaitu diatas 1000 mΩ,
misalkan tahananan-tahanan isolasi daripada material isolasi dengan mengukur
tegangan yang terdapat diantara material tersebut dan arus yang mengalir
melaluinya. Kemudian tahanan dihitung dengan menggunakan hubungan V/I sesuai
dengan hokum ohm seperti didapat melalui sirkuit. Untuk hal ini maka sebagai
contoh bila tahanan isolasi adalah 1000 mΩ dan arus adalah sekitar 0,01 µA pada
tegangan 100 V maka masalah pengukuran dari arus yang sangat kecil ini tidak
akan mungkin dapat dilakukan dengan alat pengukur ampere, yang sampai sekarang
dibicarakan. Untuk memungkinkan pengukuran arus yang demikian kecil ini akan
diperlukan alat pengukur yang jauh lebih peka daripada apa yang telah
dibicarakan. Untuk kepentingan kita pada ssaat ini adalah untuk mendapatkan
satu alat pengukur yang bisa memberikan suatu kepastian akan besar tegangan,
yaitu ada atau tidak adanya tengangan atau mengukur tegangan yang sangat kecil
(Sapiie, 2005: 27-28).
IV.
ALAT, BAHAN, DAN KOMPONEN
4.1
Alat
1.
Solder
2.
Multimeter
3.
Gunting
4.
Pisau kater
4.2
Bahan
1.
Lem Cina
2.
Karton padi
4.3
Komponen
1.
Papan PCB
2.
Resistor (R1=56. 926 Ω, R2=11. 385, 199 Ω, R3=11. 384, 709 Ω, R4=4. 852, 59 Ω)
3.
Kabel hitam dan merah
4.
Switch
5.
Sakelar
6.
VU meter
7.
Probe
8.
Soket
9.
Knobe
10.
Timah
V.
PROSEDUR KERJA
1.
Siapkan
alat, bahan dan komponen yang akan digunakan.
2.
Ukurlah berapa tahanan dalam dan arus dalam VU meter (disini kami mendapatkan nilai tahanan
dalamnya, Rm = 840 Ω
dan arus dalam VU meter, Im
= 527 µA atau 0,000527 A).
3.
Setelah itu ditentukan berapa batas ukur yang
ingin digunakan dalam rangkaian, dalam hal ini batas ukur yang kami gunakan
yaitu 3 Volt, 9 Volt, 15 Volt, dan 18 Volt.
4.
Lalu dicari berapa nilai
R1, R2,R3 dan R4 nya menggunakan rumus
:
Untuk R4 = Rtotal – Rm
Untuk R3 = Rtotal – (R4 + Rm)
Untuk
R2 = Rtotal – (R4 + R3 + Rm)
Untuk R1 = Rtotal – (R4 + R3 + R2 + Rm)
Untuk R1 = Rtotal – (R4 + R3 + R2 + Rm)
5.
Setelah semua
perhitungan selesai, buatlah rangkaiaan voltmeter seperti gambar berikut :
6.
Hubungkan switch rotary
pada rangkaian resistor yang telah
diberi kabel pada setiap resistor yang susunannya telah ditentukan kemudian
solder antara keduanya agar kabel tetap kedudukannya pada switch rotary atau
tidak goyang lagi (permanen), kemudian tentukan yang mana R1, R2, R3, dan R4
nya beserta batas ukurnya
masing-masing.
7.
Hubungkan sakelar
pada kabel (-) dari VU meter sebagai tombol on-off nya.
8.
Hubungkan soket
pada kedua ujung kabel (+) dan (-) untuk tempat memasukkan probe.
9.
Buatlah kerangka tempat atau wadah voltmeter sesuai dengan keinginan. Dalam hal ini kami menggunakan karton padi yang tebal, lalu lubangi untuk
kedudukan VU meter, switch rotary, sakelar,
soket
beserta probenya.
10.
Permanenkan
seluruh komponen (rangkaian resistor pada papan PCB, VU meter, switch rotary, sakelar, soket beserta probenya)
berdasarkan kedudukan yang telah dibuat sebelumnya. Lalu, beri lem untuk
menyatukan seluruh kerangka wadah.
11.
Voltmeter telah selesai
dibuat.
12.
Lakukan
pengukuran terhadap tegangan baterai pada multimeter dan amati berapa skala
yang ditunjukkan pada alat.
VI.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
6.1
Hasil
Tabel hasil pengukuran tegangan baterai dan skala yang ditunjukkan
·
Rm
= 840 Ω
·
Im
= 527 µA = 0,000527 A
1.
Batas
Ukur 18 Volt
No
|
Tegangan
Baterai
|
Skala
di VU
|
1.
|
1,66
V
|
10
|
2.
|
3,32
V
|
6
|
3.
|
4,98
V
|
4
|
4.
|
6,64
V
|
1,5
|
5.
|
8,18
V
|
0,5
|
6.
|
9
V
|
0
|
7.
|
10,64
V
|
0,9
|
8.
|
12,31
V
|
1,5
|
9.
|
13,96
V
|
2
|
10.
|
15,62
V
|
2,5
|
11.
|
17,16
V
|
3
|
2.
Batas
Ukur 15 Volt
No
|
Tegangan
Baterai
|
Skala
di VU
|
1.
|
1,66
V
|
10,1
|
2.
|
3,32
V
|
5
|
3.
|
4,98
V
|
2,9
|
4.
|
6,64
V
|
0,5
|
5.
|
8,18
V
|
1,9
|
6.
|
9
V
|
1,1
|
7.
|
10,64
V
|
2,5
|
8.
|
12,31
V
|
3,9
|
9.
|
13,96
V
|
3,1
|
10.
|
15,62
V
|
3
|
3.
Batas
Ukur 9 Volt
No
|
Tegangan
Baterai
|
Skala
di VU
|
1.
|
1,66
V
|
6,1
|
2.
|
3,32
V
|
2
|
3.
|
4,98
V
|
1,9
|
4.
|
6,64
V
|
2,2
|
5.
|
8,18
V
|
2,5
|
6.
|
9
V
|
3
|
4.
Batas
Ukur 3 Volt
No
|
Tegangan
Baterai
|
Skala
di VU
|
1.
|
1,66
V
|
0
|
2.
|
3,32
V
|
3
|
6.2
Pembahasan
Voltmeter adalah alat untuk mengukur
beda potensial listrik. Berdasarkan beda potensial listrik yang diukurnya
voltmeter dibedakan atas voltmeter DC dan voltmeter AC. Voltmeter DC digunakan
untuk mengukur beda potensial listrik searah (DC), voltmeter AC digunakan untuk
mengukur beda potensial listrik bolak-balik (AC). Untuk memperoleh hasil ukur yang
baik, maka kedua jenis voltmeter DC dan AC ini tidak boleh dipertukarkan
pemakaiannya.
Karena voltmeter dimaksudkan untuk
mengukur beda potensial listrik, maka beda potensial listrik yang akan diukur
itu hendaknya diterima (seluruhnya) oleh voltmeter dan nilainya tidak boleh
lebih besar dari batas ukur maksimum voltmeter itu.
Prinsip kerja Voltmeter
hampir sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer
dan hambatan seri. Galvanometer menggunakan prinsip hukum lorentz dimana
interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetik.
Gaya magnetik inilah yang menggerakkan jarum penunjuk sehingga menyimpang pada
saat di lewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus makin
besar pula penyimpangannya. Tegangan selalu berada antara dua titik. Dengan
kata lain, yang diukur adalah perbedaan tegangan antara sebuah titik dengan
titik lain. Oleh karena itu, Voltmeter cukup dihubungkan memotong aliran tegangan
yang hendak diukur. Cara memasang Voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung
sumber tegangan yang memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) harus
dihubungkan le terminal positif voltmeter, dan ujung sumber tegangan yang
memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) harus dihubungkan ke terminal
negatif voltmeter.
Pada pembahasan kali ini,
kami akan akan membahas mengenai pembuatan voltmeter sederhana. Sebelum
merangkai komponen, terlebih dahulu dihitung nilai hambatan dalam dan kuat arus
dari VU meter, disini kami memperoleh nilai hambatan dalamnya, Rm = 840 Ω dan
kuat arus, Im = 527
µA atau 0,000527 A. Lalu kami memntukan batas ukur pada voltmeter yaitu 3
V, 9 V, 15 V, dan 18 V, dimana batas ukur ini digunakan untuk menentukan berapa
nilai resistor yang harus digunakan dalam rangkaian. Komponen utama yang kami gunakan
adalah resistor yang dirangkai seri,
adapun nilai hambatan dari resistor nya masing-masing yaitu R1 56. 926 Ω, R2
= 11. 385, 199 Ω, R3 = 11.
384, 709 Ω, dan R4 = 4. 852, 59 Ω,
lalu VU
meter, switch rotary, sakelar, soket dan probe, serta kabel merah dan hitam.
Seluruh komponen tersebut dirangkai berdasarkan sketsa gambar yang telah
dibuat. Setelah selesai, kami membuat tempat kedudukannya dengan menggunakan
karton padi. Kemudian, barulah kami melakukan pengukuran tegangan baterai dan
mengamati berapa skala yang ditunjuk pada VU meter.
Setelah dilakukan
pengukuran, didapatlah hasil seperti yang tertera pada tabel hasil. Dari hasil
tersebut dapat diamati bahwa semakin besar hambatan, maka akan semakin kecil
arus yang mengalir dalam rangkaian, pernyataan ini sesuai dengan teori yaitu
Hukum Ohm dimana hambatan listrik berbanding terbalik dengan kuat arus listrik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan penyimpangan yang ditunjukkan oleh jarum,
dimana pada R1 yang hambatannya paling besar, diperoleh penyimpangan yang
ditunjukkan oleh jarum hanya sedikit, sedangkan pada R4 yang nilai hambatannya
paling kecil, diperoleh penyimpangan jarumnya jauh pada saat percobaan pertama
dengan menggunakan baterai yang sama yaitu 1,5 Volt. Berdasarkan percobaan pada
masing-masing hambatan, dapat dikatakan sesuai dengan teori dimana semakin
besar tegangan baterai yang digunakan, maka skala penunjukan jarum akan semakin
naik.
Namun, pada percobaan
R4 dimana batas ukurnya 3 Volt, kami memperoleh nilai skala nya kurang sesuai.
Seharusnya pada percobaan pertama skala berada tepat ditengah, tetapi hasil
skala yang kami peroleh melebihi yang seharusnya (tidak tepat di tengah). Hal
ini dapat terjadi dikarenakan baterai yang kami gunakan memiliki nilai tegangan
yang lebih dari 1,5 Volt, tepatnya yaitu 1,66 Volt saat diukur dengan
multimeter. Oleh karena itu, maka jarum akan menyimpang melebihi bagian tengah
skala.
Setiap
pengukuran yang dilakukan tentunya memiliki kesalahan-kesalahan sehingga
menyebabkan kurang akuratnya hasil data yang diperoleh. Kesalahan ini bisa
berasal dari manusia yang menggunakan alat tersebut, misalnya kurang teliti
dalam membaca skala, posisi pembaca skala yang tidak tegak lurus terhadap jarum
penunjuk dapat menimbulkan kesalahan pembacaan skala, kemudian kurang memahami
cara penggunaan alat, dan lain-lain. Selain itu, juga dapat berasal dari alat
itu sendiri yang mengalami kerusakan pada komponen-komponennya, serta kesalahan
atas pengaruh lingkungan (kesalahan acak). Oleh karena itu, dalam melakukan
pengukuran haruslah dilakukan secara teliti dan hati-hati agar data yang
diperoleh benar dan akurat.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan alat yang telah kami buat yaitu voltmeter, maka dapat disimpulkan
bahwa voltmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur besar
tegangan atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian
listrik yang dialiri arus listrik. Prinsip kerja dari voltmeter yaitu hampir
sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer dan
hambatan seri atau multiplier dan menggunakan gaya Lorentz dimana interaksi
antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik
ini yang akan menggerakkan jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat
dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Semakin besar kuat arus maka semakin
besar pula penyimpangannya. Hambatan dalam voltmeter dapat ditentukan dengan menghitung selisih antara hambatan resistor yang terbaca
oleh multimeter (R) dengan hambatan galvanometer (Rg) atau Rm = R –
Rg. Beda potensial listrik
atau tegangan baterai diukur menggunakan multimeter
sekaligus dilihat berapa jauh penyimpangan yang ditunjukkan oleh jarum yang
berfungsi sebagai skalanya.
VIII. LAMPIRAN
8.1
Lampiran Hitung
·
Rm
= 840 Ω
·
Im
= 527 µA = 0,000527 A
·
Rtotal = 

1.
Batas
Ukur 3 Volt
·
Rtotal =
=
= 5. 692, 59 Ω


·
R4 = Rtotal – Rm
= 5. 692, 59 – 840
= 4. 852, 59 Ω
= 5. 692, 59 – 840
= 4. 852, 59 Ω
2.
Batas
Ukur 9 Volt
·
Rtotal =
=
= 17. 077, 299
Ω


·
R3
= Rtotal – (R4 + Rm)
= 17. 077, 299 – ( 4. 852, 59 + 840)
= 11. 384, 709 Ω
3.
Batas
Ukur 15 Volt
·
Rtotal =
=
= 28. 462, 998
Ω


·
R2 = Rtotal – (R4 + R3 + Rm)
= 28. 462, 998 – (4. 852, 59 + 11. 385, 209 + 840)
= 11. 385, 199 Ω
= 11. 385, 199 Ω
4.
Batas
Ukur 18 volt
·
Rtotal =
=
= 34. 155, 598
Ω


·
R1 = Rtotal – (R4 + R3 + R2 + Rm)
= 34. 155, 598 – (4. 852, 59 + 11. 385, 209 + 11. 385,
199 + 840)
= 56. 926 Ω
= 56. 926 Ω
8.2
Lampiran
Gambar








DAFTAR PUSTAKA
Bishop.
2002. Instrumen Elektronika Dan Teknik
Pengukuran. Jakarta : Bumi
Karsa
Karsa
Cooper, W.D. 1994. Instrumentasi
Elektronik dan teknik Pengukuran Edisi
Ke-2. Jakarta: Erlangga
Ke-2. Jakarta: Erlangga
Kaisman.
2010. Teknik Pengukuran Elektronika.
Bandung : Galia
Maharta,
Nengah. 1994. Fisika Sistematis.
Bandung : ITB Press
Muallifah,
Faqih. 2009. Perancangan dan Pembuatan
Alat Ukur Resistivitas
Tanah. Jurnal Neutrino. Vol. 1, No. 2
Tanah. Jurnal Neutrino. Vol. 1, No. 2
Raden.
2012. Alat-alat ukur. Jakarta :
Erlangga
Sapiie,
Soedjana, dkk. 2005. Pengukuran dan Alat-alat
Ukur listrik. Jakarta: PT
Pradnya Paramita
Pradnya Paramita
Sutrisno.
2008. Listrik Dinamis. Bandung: UPI
Press
Teguh. 2011. Cara Penggunaan Alat-alat ukur Listrik
Digital. Jakarta : UI
Press
Press
Uli, R., dkk. 2016. Pengukuran dan Analisa Data Kalibrasi Voltmeter dengan
Multi Product Calibrator. Prosiding Seminara Nasional Fisika (E
Journal) SNF2016. Vol.5. No.1. ISSN :2476-9398
Multi Product Calibrator. Prosiding Seminara Nasional Fisika (E
Journal) SNF2016. Vol.5. No.1. ISSN :2476-9398
Komentar
Posting Komentar