Laporan Praktikum Pengukuran Pencahayaan (Luxmeter)
LAPORAN
PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
“ PENGUKURAN PENCAHAYAAN ”
NAMA : LILIS
FATONA
NIM :
A1C317030
KELAS :
PENDIDIKAN FISIKA REGULER
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
FISIKA
PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
I.
Judul : Pengukuran Pencahayaan
II.
Tujuan :
1.
Mengetahui alat
ukur pencahayaan.
2.
Menjelaskan
prinsip kerja alat ukur pencahayaan.
3.
Memahami fungsi
dilakukannya pengukuran pencahayaan.
III.
Landasan Teori
Cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat dengan mata. Suatu
sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi
cahaya tampak (visible light). Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh
gelombang elektromagnetik. Kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik di
ruang bebas sama dengan 3x108 meter per detik. Jika frekuensi (ƒ)
dan panjang gelombang (λ) maka berlaku :
=
di mana: λ adalah
panjang gelombang, dengan satuan meter (m)
v
adalah kecepatan cahaya, dengan satuan meter per sekon (m/s)
adalah frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)
Panjang gelombang cahaya tampak berkisar
antara 340 nanometer (nm) hingga 700 nanometer (nm), di mana jika diuraikan
akan terdiri dari beberapa daerah warna (Pamungkas, dkk, 2015: 121).
Pencahayaan merupakan salah satu faktor
penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat
memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan akses pencahayaan.
Penggunaan sistem pencahayaan yang tidak efektif dan efisien dapat menurunkan
produktifitas, kenyamanan, dan menyebabkan pemborosan. Perancangan sistem
kontrol pencahayaan dalam ruang mampu mengidentifikasi kuat penerangan dalam
ruang terhadap pembacaan iluminasi ruang.
Cahaya adalah suatu gejala fisis di mana
sumber cahay memancarkan energi dan sebagian energi diubah menjadi cahaya
tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang
elektromagnetik. Sehingga cahaya itu merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala
getaran yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang panas, radio,
televisi, dan sebagainya. Gelombang-gelombang ini hanya berbeda frekuensinya
saja.
Fluks cahaya adalah cahaya yang
dipancarkan oleh suatu sumber cahaya dalam satu detik. Satuan untuk fluks
cahaya dalah lumen. Fluks cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
sutau arah tertentu di sebut dengan intensiras cahaya (Atmam, dkk, 2015: 2-3).
Intensitas cahaya (I) di definisikan
sebagai banyaknya fluks cahaya yang memancar (Φ) per satuan sudut ruang
(ω) :
Total
sudut ruang adalah ω=4π (steradian).
Fluks cahaya adalah besarnya intensitas cahaya yang memancar pada sudut ruang
tertentu.
Iluminansi
cahaya adalah sinar yang jatuh (datang) pada sebuah permukaan atau fluks cahaya
yang menerangi bidang tiap satu satuan luas, sehingga dapat ditulis persamaan :
Karena
fluks cahaya yang memancar dari titik seluruh ruang adalah Φ=4πl dan luas permukaan bola adalah A=4πR2,
suatu sumber intensitas cahaya (I) menghasilkan iluminansi total :
Ini
menunjukkan bahwa iluminansi pada jarak R berbanding lurus terhadap intensitas
cahaya sumber dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak (Hartati, dkk,
2010: 20).
Luxmeter
adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruang. Satuan ukur luxmeter adalah
lux. Luxmeter juga di sebut digital light meter. Alat ini dilengkapi-
sensor
cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya yang diterima.
Untuk mengukur kuat penerangan pada
pencahayaan alami siang hari, perlu diketahui faktor-faktor yang menentukan
besar kuat penerangan yang terukur di suatu titik ukur, istilah-istilah dalam
pengukuran dan juga jenis titik ukur.
Ada dua jenis pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami berasal dari cahaya matahari
yang selalu tersedia di alam dan cahaya langit hasil pemantulan cahaya
matahari. Intensitas cahaya matahari stabil sedangkan intensitas cahaya langit
dipengaruhi waktu dan cuaca, karena intensitas cahaya langit fluktuatif, besar
kuat penerangan yang terukur di suatu titik pun tidak stabil.
Pencahayaan buatan berasal dari
sistem cahaya berenergi terbatas di ala, misalnya energi listrik serta energi
dari proses minyak bumi dan gas. Intensitas cahaya dan kuat penerangan cahaya
buatan stabil tanpa dipengaruhi perubahan waktu dan cuaca. Besarnya pun dapat
di ukur sesuai kebutuhan (Latifah, 2015: 7-9).
Menurut Cahyono (2017: 105), ada
tiga tipe sistem penerangan buatan yaitu:
a.
Sistem penerangan merata (area light),
yaitu penerangan yang merata ke seluruh penjuru ruangan.
b.
Sistem penerangan terarah (spot light),
yaitu penerangan yang diarahkan ke objek tertentu.
c.
Sistem penerangan setempat (point light),
yaitu penerangan yang dikonsentrasikan khusus pada bidang kerja.
Pemancaran cahaya
adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang secara umum disebut radiasi,
maka ada hubungan antara pemancaran cahaya dan pemancaran radiasi. Namun kuat
pemancaran cahaya belum tentu sebanding dengan kuat pemancaran radiasi, atau
disebut daya terang, bersangkutan dengan peristiwa perangsangan panca indera
mata. Mata sangat peka terhadap warna kuing dan kepekaan itu makin merosot
untuk warna-warna yang panjang gelombang makin panjang maupun makin pendek dari
panjang gelombang warna kuning tersebut. Banyaknya pancaran dari cahaya atau
disebut fluks cahaya, dinyatakan dalam satuan lumen (Soedojo, 1992: 58).
IV.
Alat dan Komponen
1. Fitting
lampu
2. Lampu
3. Sistem
tertutup
4. Kabel
5. Aplikasi
luxmeter/lightmeter
V.
Prosedur Percobaan
1. Siapkan
sistem sehingga tidak ada cahaya yang masuk ke dalam sistem.
2. Siapkan
luxmeter di dalam sistem terutup.
3. Pasang
lampu pada fittingnya, letakkan pada sistem tertutup yang telah disiapkan
kemudian hubungkan pada sumber tegangan.
4. Catat
hasil pengukuran dan ulangi percobaan sebanyak tiga kali.
5. Lakukan
percobaan dengan daya lampu yang berbeda.
VI.
Data Percobaan
Luas sistem terutup = p x
l = 57 cm x 34 cm = 1938 cm2
N
O
|
JENIS
LAMPU
|
DAYA
LAMPU
|
INTENSITAS
|
r
|
||
Aplikasi
1
|
Aplikasi
2
|
Aplikasi
3
|
||||
1
|
Pijar
|
5
watt
|
158
lux
|
150
lux
|
147
lux
|
40
cm
|
2
|
Neon
|
7
watt
|
307
lux
|
309
lux
|
298
lux
|
32
cm
|
3
|
LED
|
5
watt
|
487
lux
|
443
lux
|
429
lux
|
43
cm
|
4
|
LED
|
3
watt
|
248
lux
|
230
lux
|
222
lux
|
42
cm
|
VII. Pembahasan
Percobaan
praktikum kali ini yaitu berjudulpengukuran pencahayaan. Pencahayaan dapat
diukur denga suatu alat yang disebut luxmeter ataupun lightmeter. Luxmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu
tempat/area. Besarnya intensitas cahaya ini perlu di ketahui karena pada
dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahuinya,
maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya.
Alat ini di dalam
memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital yang terdiri dari
sebuah sensor. Sensor tersebut diletakkan pada suatu sumber cahaya yang akan
diukur intensitasnya.
Luxmeter
digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Kunci untuk mengingat tentang
cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda.
Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang
gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan
dinyatakan dalam derajat kelvin. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada
suhu warna yang berbeda. Embacaan luxmeter akan berbeda, tergantung variasi
sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan
beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut daripada yang lain.
Luxmeter
adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat
penerangan) pada suau daerah atau area tertentu. Alat ini terdiri dari rangka,
sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakkan pada
sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Prinsip kerja dari luxmeter
adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat
membangkitkan satu elektron. Cahaya akan menyinari sel foto yang kemudian akan
ditangkap oleh sensor sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus
listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun
semakin besar. Di dalam perangkat luxmeter ini terdapat suatu penguat yang
berfungsi memperkuat arus yang masuk sehingga arus dapat terbaca. Tanpa penguat
arus ini, arus yang dihasilkan oleh cahaya tidak mungkin terbaca karena arus
yang dihasilkan sangat kecil. Untuk luxmeter digital hasilnya akan ditampilkan
pada layar panel sedangkan yang analog arus akan menggerakkan jarum penunjuk
skala.
Sensor
cahaya yang digunakan pada luxmeter adalah Photodioda. Photodioda digunakan
sebagai komponen pendeteksi ada tidaknya cahaya maupun dapat digunakan untuk
membentuk sebuah alat ukur akurat yang dapat mendeteksi intensitas cahaya di
bawah 1 pW/cm2. Photodioda mempunyai resistansi yang rendah pada
kondisi reserve bias di mana resistansi dari photodioda akan turun seiring
dengan intensitas cahaya yang masuk. Berbagai jenis cahaya yang masuk pada
luxmeter baik itu cahaya alami ataupun buatan akan mendapatkan respon yang
berbeda dari sensor. Berbagai warna yang di ukur akan menghasilkan suhu warna
yang berbeda, dan panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu,
pembacaan hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek
panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor photodioda.
Berdasarkan
percobaan yang telah kami lakukan yaitu dengan menggunakan tiga jenis lampu
yang berbeda antara lain lampu pijar, lampu neon dan lampu LED didapatlah hasil
yang berbeda. Percobaan pertama menggunakan jenis lampu pijar dengan daya lampu
5 watt. Perlu di ketahui bahwa pengukuran ini menggunakan tiga buah aplikasi
luxmeter yang berbeda. Pada percobaan dengan lampu pijar diperoleh hasil
intensitasnya 158 lux, 150 lux, dan 147 lux dengan jarak 40 cm dari sumber
cahaya. Percobaan kedua menggunakan lampu neon dengan daya lampu 7 watt
menghasilkan intensitas 307 lux, 309 lux, dan 298 lux dengan jarak 32 cm dari
sumber cahaya.
Selanjutnya
percobaan ketiga dengan menggunakan lampu LED dengan daya 5 watt menghasilkan
intensitas 487 lux, 443 lux, dan 429 lux dengan jarak 43 cm dari sumber cahaya.
Dan yang terakhir adalah dengan menggunakan lampu LED 3 watt menhasilkan
intensitas 248 lux, 230 lux, dan 222 lux pada jarak 42 cm dari sumber cahaya.
Berdasarkan
data yang dijelaskan di atas, sangat jelas tampak perbedaan antara hasil
intensitas yang di dapatkan. Hal ini menjadi sesuatu hal yang harus dicari tahu
apa penyebabnya. Berdasarkan pengamatan kelompok kami, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Pertama yaitu jarak antara sumber cahaya ke sensor. Semakin
jauh jarak antara sumber cahaya ke sensor maka akan semakin kecil nilai yang
ditunjukkan luxmeter. Ini membuktikan bahwa semakin jauh jaraknya maka
intensitas cahaya akan semakin berkurang. Namun, hal ini juga dipengaruhi oleh
jenis lampu itu sendiri. Ada lampu yang mempunyai tingkat intensitas yang besar
dan ada juga yang kecil.
Kedua,
pengaruh daya lampu terhadap kuat penerangannya. Semakin besar daya lampu
menurut teori maka akan membuat arus listrik semakin besar sehingga nyala lampu
semkain terang. Hal ini ditunjukkan pada teori yaitu rumus P = V x I, dimana
daya berbanding lurus dengan arus. Namun bukan hanya berdasarkan teori ini,
pengukuran pencahayaan juga dipengaruhi oleh jenis lampu yang digunakan saat
praktikum.
Pengaruh
jenis lampu terhadap kuat penerangan terlihat bahwa pencahayaan lampu LED 5
watt paling tinggi dibandingkan lampu jenis pijar dan neon. Nilai efikasi
luminus dari lampu LED juga paling tinggi sehingga energi energi buangannya
paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa lampu LED 5 watt memiliki tingkat
efisiensi energi paling besar dibandingkan dengan lampu neon 7 watt dan lampu
pijar 5 watt, di mana lampu pijar adalahyang memiliki efisiensi paling keil
dibandingkan jenis lampu lain.
Perbedaan
tingkat efisiensi dari ketiga lampu yang diteliti disebabkan oleh cara kerjanya
yang berbeda-beda. Lampu pijar memiliki tingkat efisiensi paling rendah
dikarenakan prinsip kerja utama dari lampu pijar agar bisa menyala adalah
pemanasan elektron pada filamen wolfarm, sehingga sebagian besar energi listrik
yang masuk diubah menjadi energi panas (kalor) dan hanya sebagian kecil yang
diubah menjadi energi cahaya. Lampu jenis neon memiliki tingkat efisiensi lebih
besar dibandingkan lampu pijar. Hal ini karena cara kerja lampu neon untuk bisa
menyala tidak hanya memanfaatkan transisi energi dari pemanasan elektron,
tetapi juga memanfatkan peredaran gas kimia. Lampu LED yang melikiki tingkat
efisiensi paling besar dikarenakan prinsip kerja lampu LED untuk dapat menyala
tidak lagi menggunakan pemanasan elektron, melainkan hanya memanfaatkan
pelepasan energi dari elektron yang dialirkan oleh dioda, sehingga lebih banyak
energi cahaya yang dihasilkan dan menjadi lebih terang.
Pembacaan
hasil pada luxmeter dibaca pada layar panel LCD yang format pembacaannya pun
memakai format digital. LCD pun mempunyai karakteristik yaitu menggunakan
molekul asimetrik dalam cairan organik transparan dan orientasi molekul diatur
dengan medan listrik eksternal.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan, dapat disimpulkan bahwa kuat penerangan lampu sangat dipengaruhi
oleh jenis lampu tersebut. Selain itu, juga dipengaruhi oleh daya yang dimiliki
lampu dan juga jaraknya. Semakin tinggi daya lampu, maka semakin tinggi tingkat
penerangannya. Semakin jauh jarak sumber cahaya ke sensor cahaya semakin lemah
kuat penerangannya yang terukur. Tetapi kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh
jenis lampunya, dimana lampu LED 5 watt memiliki iluminasi lebih tinggi
dibandingkan lampu pijar 5 watt bahkan lampu neon 7 watt. Hal ini dikarenakan
prinsip kerha dari masing-masing lampu berbeda dan hanya lampu LED yang
memiliki keluaran energi cahaya yang besar sedangkan lampu pijar hanya memiliki
keluaran energi kalor yang lebih besar. Oleh karena itu, lampu LED akan menjadi
lebih terang.
IX.
Daftar Pustaka
Atmam, dkk. 2015. Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi
Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150
Pekanbaru. Pekanbaru: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri.
Vol.13, NO.1, ISSN: 1693-2390.
Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150
Pekanbaru. Pekanbaru: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri.
Vol.13, NO.1, ISSN: 1693-2390.
Cahyono,
T. 2017. Penyehatan Udara.
Yogyakarta: ANDI.
Hartati, M., dkk.
2010. Pengembangan Model Pengukuran
Intesitas Cahaya dalam
Fotometri. Bandung: J. Oto. Ktrl. Inst. Vol.2, No.2, ISSN: 2085-2517.
Fotometri. Bandung: J. Oto. Ktrl. Inst. Vol.2, No.2, ISSN: 2085-2517.
Latifah,
N.L. 2015. Fisika Bangunan 2.
Jakarta: Erlangga.
Pamungkas, M.,
dkk. 2015. Perancanagan dan Realisasi
Alat Pengukur Intensitas
Cahaya. Bandung: Jurnal ELKOMIKA Itenas. Vol.3, NO.2, ISSN: 2338-
8323.
Cahaya. Bandung: Jurnal ELKOMIKA Itenas. Vol.3, NO.2, ISSN: 2338-
8323.
Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
University Press.
Komentar
Posting Komentar